Friday, September 6, 2013

pengantar agribisnis | sapi potong (opini . news) #share

Posted by Unknown at 9:51 PM
Sumber:  Media Televisi TVRI-Dialog Aktual-Gejolak Kelangkaan Daging Sapi-10:00 am
Narasumber : 1. Dr. Ali Mahsun ketua umum APKLI ( Asosiasi pedagang kaki lima Indonesia)

Terkait dengan produsen sapi di Indonesia ada NTB, NTT, BALI, dan sejumlah daerah di Sulawesi dll. Bagaimana kesiapan atau kondisi produsen sapi di Indonesia ?
1.       Sebagian besar petani kita adalah petani ternak tradisional dari kepala rumah tangga yang mempunyai sapi 3-5 ekor. Menurut data 1jt ekor sebenarnya cukup untuk swasembada dengan 2 kg per kapita per tahun meskipun itu perlu dinaikkan lagi.
2.      Sentra-sentra produksi ternak kita masih terbatas meskipun kita punya sapi lokal seperti sapi Bali, sapi Madura, dan sapi Aceh yang dagingnya sangat manis itu. Jadi kita punya plasma nuthfah, punya bibit yang dikaruniai oleh tuhan tetapi tidak dimanfaatkan dengan serius. Jadi memang ini adalah keputusan bagi kita bagaimana membangun sentra-sentra produksi bukan hanya di jawa tetapi juga di luar daerah jawa. Karena harga itu menyangkut juga soal biaya transportasi dan distribusi, jika hanya mengandalkan NTT dari sana ke Sumatra itu kan  sama jauhnya dengan yang impor.
Kemudian di logikakan biaya pengangkutan dari NTT ke Sumatra lebih mahal harganya disbanding dari Australia ke Sumatra. Karena ini masalah berkaitan dengan hidup orang banyak yaitu petani dan peternak.
Beda sama Singapura , singapura juga punya lahan dia adalah Negara importer, tetapi kalau kita punya petani, peternak dan nelayan mereka adalah masyarakat Indonesia yang harus diberdayakan dan disejahterakan. Jadi kemudian jangan mudah berfikir dengan praktis itu lebih baik kita impor, tetapi bagaimana dengan pemberdayaan masyarakat kita ? itu yang membuat masalah untuk kita.

Sebenarnya kegagalan Negara ataupun pemerintah untuk mengatasi problem ini mengidentasikan  bahwa sebenarnya kita pun berdaulat dalam sector pangan.



Pernyataan , opini :
·         Sebaiknya jika mengenai pangan kita kembali pada menu makanan 4 sehat 5 sempurna jika dari menu itu ada nasi, sayur-mayur, lauk pauk, susu serta buah-buahan sehingga daging itu seharusnya beserta dengan lauk pauk seperti tempe, tahu, ikan, dan telur. Oleh karena itu sebaiknya dari instansi terkait seperti Kementrian Pertanian, Bulog, Kementrian Kehutanan, Kementrian Kelautan dan Perikanan dia mempunyai looking area yang bisa dijadikan sentra-sentra produksi unggulan sehingga ketersediaan itu bisa tercukupi sesuai  dengan jumlah penduduk di Indonesia . untuk ketahanan pangan kita bisa berbasis demokratis artinya berkependudukan, karena jumlah penduuduk kita bertambah terus oleh karena itu perlu juga di pertimbangkan pendapatan masyarakat karena banyak daya beli masyarakat kita itu lemah.

·         Ketahanan pangan kita memang saat ini bisa dikatakan amburadul pemerintah selalu optimis terus untuk swasembada pangan padahal lahan sudah beralih fungsi, jadi sedikit kemungkinan untuk swasembada pangan. Seharusnya kalo mau swasembada pangan, antara pengurangan tanah dengan pendapatan harus seimbang

·         Pasar daging ini bergerak di jawa timur, jawa timur itu butuh daging per tahun 93000Ton , sedangkan per tahunya jawa timur bisa sampai ke Jakarta itu 168000 ekor

1.       Perlu ada sentra-sentra produksi peternakan baru, yang saat ini sudah ada perlu ditingkatkan lagi sebab dengan pembangunan sentra-sentra petenakan dapat hemat biaya untuk pemeliharaan, pemuliaan, transportasi dan distribusi. Sentra produksi tersebut harus dikembangkan di luar pulau Jawa, terutama di NTT, NTB yang punya potensi lahan tetapi itu belum maksimal untuk dikerjakan.
2.      Dalam rangka untuk pemuliaan dengan cara pengembangan teknologi, apakah itu dengan inseminasi buatan atau dengan embrio transfer yang memungkinkan dalam proses untuk mengembangbiakan lebih cepat.
3.      Petani peternak harus diberikan kredit usaha pembibitan sapi yang saat ini masih mengikuti model bank konvensional, jadi harus ada anggunan. Sapi sebagai sebagai barang hidup tidak bisa digunakan sebagai anggunan untuk mendapatkan modal. Para petani harus mengerti dalam hal permodalan. Dalam hal ini pemerintah kurang perhatian, meskipun ada itupun sangat tidak mudah dan berbelat-belit. Coba untuk melalui bank pembangunan daerah, biasanya peternak tradisional yang berasal dari kepala keluarga bukan dari perusahaan yang besar, itu dapat berkembang dengan lebih baik lagi.
4.     Pakan juga harus disubsidi sebab jika tidak nanti bisa menyebabkan peningkatan dalam produktivitas. Kemudian para peternak itu juga tidak mampu untuk meningkatkan produksinya lagi. Oleh karena itu, dengan kondisi yang sekarang ini pemerintah harus aktif.
5.       Harga sekarang di tingkat bawah itu Rp. 35.000,-/kg sapi hidup, ini sangat bagus bagi peternak, tetapi bagaimana caraya agar sampai di tingkat pasar jangan sampai mencapai Rp. 135.000,-/kg ini kan sangat jauh sekali perbedaanya dari harga Rp. 35.000,-/kg menjadi Rp. 135.000,-/kg saat masuk pasar , jadi ada ada sebuah rentan harga yang sangat banyak yang itu tidak dinikmati oleh petani, ini harus di pangkas karena mungkin disitu ada banyak pemain.
Tetapi pada akhirnya konsumen butuh daging, jika pasar tradisional tidak menjualnya maka para konsumen akan tetap mencari dengan beralih ke pasar modern.
Secara umum petani ternak sapi potong belum menunjukkan adanya penerapan manajemen agribisnis secara baik dan benar, kondisi ini terbukti dari : ketersediaan dan sistem penyaluran sarana produksi ternak yang belum sesuai dengan yang diharapkan petani ternak, belum menggunakan pembukuan finansial dalam usaha taninya, belum menerapkan pengolahan pasca panen untuk meningkatkan nilai tambah usahatani, belum menerapkan fungsi-fungsi pemasaran dalam memasarkan ternaknya, belum menggunakan perencanaan agribisnis, serta belum menerapkan kaidah pengelolaan agribisnis secara benar. (http://edypras.wordpress.com/2009/05/22/agribisnis-sapi-potong/)
Sampai saat ini, sebagian masyarakat Indonesia dapat menerima daging kerbau sebagai layaknya daging sapi. Sementara itu pengembangan sapi potong sangat tergantung pada kondisi daerah dengan pertimbangan pada aspek kemudahan dalam mengelola dan memasarkan. Untuk merespon perkembangan agribisnis sapi di Indonesia dalam lima tahun ke depan agar dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan daging dalam rangka mendukung program swasembada daging sapid an kerbau (PSDSK) 2014 para peternak dituntut untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya agar mampu meningkatkan posisi tawar dan memenuhi kebutuhan pasar. Untuk mendukung hal itu, Dinas Pertanian Provinsi DIY melalui UPTD BPSDMP melaksanakan Pelatihan Teknis Agribisnis Ternak Sapi Potong Bagi Petugas Aparatur.
Tujuan diadakannya acara tersebut adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas dalam manajemen Agribisnis Ternak Sapi Potong, serta mendukung pencapaian peningkatan diseminasi teknologi peternakan. (http://jogjabenih.jogjaprov.go.id/informasi/berita/982-pelatihan-teknis-agribisnis-ternak-sapi-potong-bagi-petugas-aparatur)

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daging adalah
1.       Pakan.Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal akan berpengaruh baik terhadap kualitas daging. Perlakuan pakan dengan NPB akan meningkatkan daya cerna pakan terutama terhadap pakan yang berkualitas rendah sedangkan pemberian VITERNA Plus memberikan berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak sehingga sapi akan tumbuh lebih cepat dan sehat.
2.      Faktor Genetik.Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh dengan baik/cepat sehingga produksi daging menjadi lebih tinggi.
3.      Jenis Kelamin.Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina, sehingga pada umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar.

4.     Manajemen.Pemeliharaan dengan manajemen yang baik membuat sapi tumbuh dengan sehat dan cepat membentuk daging, sehingga masa penggemukan menjadi lebih singkat.

0 comments on "pengantar agribisnis | sapi potong (opini . news) #share"

Post a Comment

Friday, September 6, 2013

pengantar agribisnis | sapi potong (opini . news) #share

Sumber:  Media Televisi TVRI-Dialog Aktual-Gejolak Kelangkaan Daging Sapi-10:00 am
Narasumber : 1. Dr. Ali Mahsun ketua umum APKLI ( Asosiasi pedagang kaki lima Indonesia)

Terkait dengan produsen sapi di Indonesia ada NTB, NTT, BALI, dan sejumlah daerah di Sulawesi dll. Bagaimana kesiapan atau kondisi produsen sapi di Indonesia ?
1.       Sebagian besar petani kita adalah petani ternak tradisional dari kepala rumah tangga yang mempunyai sapi 3-5 ekor. Menurut data 1jt ekor sebenarnya cukup untuk swasembada dengan 2 kg per kapita per tahun meskipun itu perlu dinaikkan lagi.
2.      Sentra-sentra produksi ternak kita masih terbatas meskipun kita punya sapi lokal seperti sapi Bali, sapi Madura, dan sapi Aceh yang dagingnya sangat manis itu. Jadi kita punya plasma nuthfah, punya bibit yang dikaruniai oleh tuhan tetapi tidak dimanfaatkan dengan serius. Jadi memang ini adalah keputusan bagi kita bagaimana membangun sentra-sentra produksi bukan hanya di jawa tetapi juga di luar daerah jawa. Karena harga itu menyangkut juga soal biaya transportasi dan distribusi, jika hanya mengandalkan NTT dari sana ke Sumatra itu kan  sama jauhnya dengan yang impor.
Kemudian di logikakan biaya pengangkutan dari NTT ke Sumatra lebih mahal harganya disbanding dari Australia ke Sumatra. Karena ini masalah berkaitan dengan hidup orang banyak yaitu petani dan peternak.
Beda sama Singapura , singapura juga punya lahan dia adalah Negara importer, tetapi kalau kita punya petani, peternak dan nelayan mereka adalah masyarakat Indonesia yang harus diberdayakan dan disejahterakan. Jadi kemudian jangan mudah berfikir dengan praktis itu lebih baik kita impor, tetapi bagaimana dengan pemberdayaan masyarakat kita ? itu yang membuat masalah untuk kita.

Sebenarnya kegagalan Negara ataupun pemerintah untuk mengatasi problem ini mengidentasikan  bahwa sebenarnya kita pun berdaulat dalam sector pangan.



Pernyataan , opini :
·         Sebaiknya jika mengenai pangan kita kembali pada menu makanan 4 sehat 5 sempurna jika dari menu itu ada nasi, sayur-mayur, lauk pauk, susu serta buah-buahan sehingga daging itu seharusnya beserta dengan lauk pauk seperti tempe, tahu, ikan, dan telur. Oleh karena itu sebaiknya dari instansi terkait seperti Kementrian Pertanian, Bulog, Kementrian Kehutanan, Kementrian Kelautan dan Perikanan dia mempunyai looking area yang bisa dijadikan sentra-sentra produksi unggulan sehingga ketersediaan itu bisa tercukupi sesuai  dengan jumlah penduduk di Indonesia . untuk ketahanan pangan kita bisa berbasis demokratis artinya berkependudukan, karena jumlah penduuduk kita bertambah terus oleh karena itu perlu juga di pertimbangkan pendapatan masyarakat karena banyak daya beli masyarakat kita itu lemah.

·         Ketahanan pangan kita memang saat ini bisa dikatakan amburadul pemerintah selalu optimis terus untuk swasembada pangan padahal lahan sudah beralih fungsi, jadi sedikit kemungkinan untuk swasembada pangan. Seharusnya kalo mau swasembada pangan, antara pengurangan tanah dengan pendapatan harus seimbang

·         Pasar daging ini bergerak di jawa timur, jawa timur itu butuh daging per tahun 93000Ton , sedangkan per tahunya jawa timur bisa sampai ke Jakarta itu 168000 ekor

1.       Perlu ada sentra-sentra produksi peternakan baru, yang saat ini sudah ada perlu ditingkatkan lagi sebab dengan pembangunan sentra-sentra petenakan dapat hemat biaya untuk pemeliharaan, pemuliaan, transportasi dan distribusi. Sentra produksi tersebut harus dikembangkan di luar pulau Jawa, terutama di NTT, NTB yang punya potensi lahan tetapi itu belum maksimal untuk dikerjakan.
2.      Dalam rangka untuk pemuliaan dengan cara pengembangan teknologi, apakah itu dengan inseminasi buatan atau dengan embrio transfer yang memungkinkan dalam proses untuk mengembangbiakan lebih cepat.
3.      Petani peternak harus diberikan kredit usaha pembibitan sapi yang saat ini masih mengikuti model bank konvensional, jadi harus ada anggunan. Sapi sebagai sebagai barang hidup tidak bisa digunakan sebagai anggunan untuk mendapatkan modal. Para petani harus mengerti dalam hal permodalan. Dalam hal ini pemerintah kurang perhatian, meskipun ada itupun sangat tidak mudah dan berbelat-belit. Coba untuk melalui bank pembangunan daerah, biasanya peternak tradisional yang berasal dari kepala keluarga bukan dari perusahaan yang besar, itu dapat berkembang dengan lebih baik lagi.
4.     Pakan juga harus disubsidi sebab jika tidak nanti bisa menyebabkan peningkatan dalam produktivitas. Kemudian para peternak itu juga tidak mampu untuk meningkatkan produksinya lagi. Oleh karena itu, dengan kondisi yang sekarang ini pemerintah harus aktif.
5.       Harga sekarang di tingkat bawah itu Rp. 35.000,-/kg sapi hidup, ini sangat bagus bagi peternak, tetapi bagaimana caraya agar sampai di tingkat pasar jangan sampai mencapai Rp. 135.000,-/kg ini kan sangat jauh sekali perbedaanya dari harga Rp. 35.000,-/kg menjadi Rp. 135.000,-/kg saat masuk pasar , jadi ada ada sebuah rentan harga yang sangat banyak yang itu tidak dinikmati oleh petani, ini harus di pangkas karena mungkin disitu ada banyak pemain.
Tetapi pada akhirnya konsumen butuh daging, jika pasar tradisional tidak menjualnya maka para konsumen akan tetap mencari dengan beralih ke pasar modern.
Secara umum petani ternak sapi potong belum menunjukkan adanya penerapan manajemen agribisnis secara baik dan benar, kondisi ini terbukti dari : ketersediaan dan sistem penyaluran sarana produksi ternak yang belum sesuai dengan yang diharapkan petani ternak, belum menggunakan pembukuan finansial dalam usaha taninya, belum menerapkan pengolahan pasca panen untuk meningkatkan nilai tambah usahatani, belum menerapkan fungsi-fungsi pemasaran dalam memasarkan ternaknya, belum menggunakan perencanaan agribisnis, serta belum menerapkan kaidah pengelolaan agribisnis secara benar. (http://edypras.wordpress.com/2009/05/22/agribisnis-sapi-potong/)
Sampai saat ini, sebagian masyarakat Indonesia dapat menerima daging kerbau sebagai layaknya daging sapi. Sementara itu pengembangan sapi potong sangat tergantung pada kondisi daerah dengan pertimbangan pada aspek kemudahan dalam mengelola dan memasarkan. Untuk merespon perkembangan agribisnis sapi di Indonesia dalam lima tahun ke depan agar dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan daging dalam rangka mendukung program swasembada daging sapid an kerbau (PSDSK) 2014 para peternak dituntut untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya agar mampu meningkatkan posisi tawar dan memenuhi kebutuhan pasar. Untuk mendukung hal itu, Dinas Pertanian Provinsi DIY melalui UPTD BPSDMP melaksanakan Pelatihan Teknis Agribisnis Ternak Sapi Potong Bagi Petugas Aparatur.
Tujuan diadakannya acara tersebut adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas dalam manajemen Agribisnis Ternak Sapi Potong, serta mendukung pencapaian peningkatan diseminasi teknologi peternakan. (http://jogjabenih.jogjaprov.go.id/informasi/berita/982-pelatihan-teknis-agribisnis-ternak-sapi-potong-bagi-petugas-aparatur)

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daging adalah
1.       Pakan.Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal akan berpengaruh baik terhadap kualitas daging. Perlakuan pakan dengan NPB akan meningkatkan daya cerna pakan terutama terhadap pakan yang berkualitas rendah sedangkan pemberian VITERNA Plus memberikan berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak sehingga sapi akan tumbuh lebih cepat dan sehat.
2.      Faktor Genetik.Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh dengan baik/cepat sehingga produksi daging menjadi lebih tinggi.
3.      Jenis Kelamin.Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina, sehingga pada umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar.

4.     Manajemen.Pemeliharaan dengan manajemen yang baik membuat sapi tumbuh dengan sehat dan cepat membentuk daging, sehingga masa penggemukan menjadi lebih singkat.

No comments:

Post a Comment

 

♪my kawaii (◕‿◕✿) Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez