Monday, September 14, 2015

Posted by Unknown at 8:32 PM 0 comments
Apakah waktu idul adha itu diketahui dengan terlihatnya hilal di negeri masing-masing atau tergantung pada wuqufnya jama'ah haji di arafah ?
Bacalah 7 argumentasi dibawah ini, semoga Allah memberikan hidayah kepada kita semua..

[1] Puasa arafah itu terkait dengan "waktu saja" dan tidak terkait dengan tempat. Buktinya nabi tidak menjadikan wukuf di arafah sebagai patokan ketika beliau dan para sahabatnya puasa arafah pada tahun ke 2 H, 3 H dst. Tetapi beliau dan para sahabatnya hanya menentukan puasa arafah dengan ru'yah hilal penduduk madinah.
Puasa arafah tanggal 9 dzulhijjah itu telah disyariatkan jauh sebelum rasulullah melaksanakan ibadah haji.
Puasa arafah tanggal 9 dzulhijjah sudah disyari'atkan sejak awal beliau berhijrah ke madinah. Rasulullah shallalahu alaihi wasallam telah menamakan puasa dzulhijjah dengan puasa arafah meskipun kaum muslimin belum melaksanakan ibadah haji baru beliau kerjakan di tahun ke 10 H.
Pada tahun ke 2 H, ke 3 H, ke 4 H, dan ke 5 H Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat telah melaksanakan puasa tanggal 9 dzulhijjah tanpa ada seorang pun yang melaksanakan wukuf di arafah. Saat disyari'atkan, peristiwa puasa arafah tidak dikaitkan dengan peristiwa wukuf di arafah.

[2] Puasa arafah itu terkait dengan "waktu saja" dan tidak terkait dan "tempat". Buktinya tidak ada satu pun riwayat bahwasannya beliau ketika di madinah bersungguh-sungguh untuk mencari tahu kapan waktu wukuf jama'ah haji di arafah
Jadi, nabi berpuasa arafah di madinah selama bertahun-tahun tanpa mengacu kepada ada atau tidak adanya wukuf di arafah
Jika di madinah sudah masuk tanggal 9 dzulhijjah menurut hitungan mereka, maka beliau bersama para sahabat berpuasa arafah dan tidak memakai ru'yah hilal penduduk mekkah

[3] Puasa arafah itu terkait dengan "waktu saja" dan tidak terkait dan "tempat". Buktinya nabi bersabda kepada kaum muslimin untuk menentukan hilal (awal bulan) dzulhijjah dengan ru'yah sebagaimana kita juga melakukan ru'yah ketika akan menentukan awal ramadhan dan awal syawal.
Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
"Apabila kamu telah melihat hilal (yaitu awal bulan) dzulhijjah dan salah seorang diantara kamu hendak berqurban, maka jangan sekali-kali kamu memotong rambutnya dan jangan pula memotong kukunya sampai hewan qurban itu disembelih" (HR. Muslim no. 1977 (41&42), hadits dari ummu salamah)

[4] Puasa arafah itu terkait dengan "waktu saja" dan tidak terkait dengan "tempat". Buktinya jika seandainya terjadi bencana atau peperangan sehingga jamaah haji tidak bisa wukuf di arafah pada tahun itu, bukankah puasa arafah tetap bisa dilakukan meskipun jamaah haji tidak ada yamg wukuf di arafah ?
Kenapa ? Karena patokan puasa arafah itu bukan wukufnya jamaah haji tapi tanggal 9 dzulhijjah

[5] ke 5 alasan tadi dan alasan lainnya adalah pendapat dari seluruh ulama dari zaman ke zaman selama ratusan tahun

[6] tetapi setelah adanya teknologi informasi beberapa tahun belakangan maka mulailah muncul pendapat yang berkata kita harus mengikuti puasa arafah dengan berpatokan kepada jamaah haji yang sedang wukuf di arafah

[7] para ulama berkata bahwa pendapat ini tidak kuat karena menyelisihi alasan-alasan diatas, sehingga mereka tetap dengan pendapat semula meskipun sudah ketahuan kapan wukuf di arafah


Kesimpulan :
Dari penjelasan di atas maka diambil kesimpulan bahwa berpuasa arafah (yaitu tanggal 9 dzulhijjah) dan berhari raya idul adha dengan mengacu kepada terlihatnya hilal (awal bulan) di negara masing-masing
Dan ini juga oendapat dari al-hafizh ibnu hajar al-asqolaani, syaikhul islam ibnu taimiyyah, syaikh al-utsaimin, syaikh DR. ' abdullah bin jibrin, syaikh DR. Hanii bin abdullah, syaikh DR. Ahmad al-haji al-kurdi, syaikh DR khalid al-musyaiqih, syaikh DR khalid al-muslih, syaikh DR anis thohir al-indunisiy dll

Monday, September 14, 2015

Apakah waktu idul adha itu diketahui dengan terlihatnya hilal di negeri masing-masing atau tergantung pada wuqufnya jama'ah haji di arafah ?
Bacalah 7 argumentasi dibawah ini, semoga Allah memberikan hidayah kepada kita semua..

[1] Puasa arafah itu terkait dengan "waktu saja" dan tidak terkait dengan tempat. Buktinya nabi tidak menjadikan wukuf di arafah sebagai patokan ketika beliau dan para sahabatnya puasa arafah pada tahun ke 2 H, 3 H dst. Tetapi beliau dan para sahabatnya hanya menentukan puasa arafah dengan ru'yah hilal penduduk madinah.
Puasa arafah tanggal 9 dzulhijjah itu telah disyariatkan jauh sebelum rasulullah melaksanakan ibadah haji.
Puasa arafah tanggal 9 dzulhijjah sudah disyari'atkan sejak awal beliau berhijrah ke madinah. Rasulullah shallalahu alaihi wasallam telah menamakan puasa dzulhijjah dengan puasa arafah meskipun kaum muslimin belum melaksanakan ibadah haji baru beliau kerjakan di tahun ke 10 H.
Pada tahun ke 2 H, ke 3 H, ke 4 H, dan ke 5 H Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat telah melaksanakan puasa tanggal 9 dzulhijjah tanpa ada seorang pun yang melaksanakan wukuf di arafah. Saat disyari'atkan, peristiwa puasa arafah tidak dikaitkan dengan peristiwa wukuf di arafah.

[2] Puasa arafah itu terkait dengan "waktu saja" dan tidak terkait dan "tempat". Buktinya tidak ada satu pun riwayat bahwasannya beliau ketika di madinah bersungguh-sungguh untuk mencari tahu kapan waktu wukuf jama'ah haji di arafah
Jadi, nabi berpuasa arafah di madinah selama bertahun-tahun tanpa mengacu kepada ada atau tidak adanya wukuf di arafah
Jika di madinah sudah masuk tanggal 9 dzulhijjah menurut hitungan mereka, maka beliau bersama para sahabat berpuasa arafah dan tidak memakai ru'yah hilal penduduk mekkah

[3] Puasa arafah itu terkait dengan "waktu saja" dan tidak terkait dan "tempat". Buktinya nabi bersabda kepada kaum muslimin untuk menentukan hilal (awal bulan) dzulhijjah dengan ru'yah sebagaimana kita juga melakukan ru'yah ketika akan menentukan awal ramadhan dan awal syawal.
Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
"Apabila kamu telah melihat hilal (yaitu awal bulan) dzulhijjah dan salah seorang diantara kamu hendak berqurban, maka jangan sekali-kali kamu memotong rambutnya dan jangan pula memotong kukunya sampai hewan qurban itu disembelih" (HR. Muslim no. 1977 (41&42), hadits dari ummu salamah)

[4] Puasa arafah itu terkait dengan "waktu saja" dan tidak terkait dengan "tempat". Buktinya jika seandainya terjadi bencana atau peperangan sehingga jamaah haji tidak bisa wukuf di arafah pada tahun itu, bukankah puasa arafah tetap bisa dilakukan meskipun jamaah haji tidak ada yamg wukuf di arafah ?
Kenapa ? Karena patokan puasa arafah itu bukan wukufnya jamaah haji tapi tanggal 9 dzulhijjah

[5] ke 5 alasan tadi dan alasan lainnya adalah pendapat dari seluruh ulama dari zaman ke zaman selama ratusan tahun

[6] tetapi setelah adanya teknologi informasi beberapa tahun belakangan maka mulailah muncul pendapat yang berkata kita harus mengikuti puasa arafah dengan berpatokan kepada jamaah haji yang sedang wukuf di arafah

[7] para ulama berkata bahwa pendapat ini tidak kuat karena menyelisihi alasan-alasan diatas, sehingga mereka tetap dengan pendapat semula meskipun sudah ketahuan kapan wukuf di arafah


Kesimpulan :
Dari penjelasan di atas maka diambil kesimpulan bahwa berpuasa arafah (yaitu tanggal 9 dzulhijjah) dan berhari raya idul adha dengan mengacu kepada terlihatnya hilal (awal bulan) di negara masing-masing
Dan ini juga oendapat dari al-hafizh ibnu hajar al-asqolaani, syaikhul islam ibnu taimiyyah, syaikh al-utsaimin, syaikh DR. ' abdullah bin jibrin, syaikh DR. Hanii bin abdullah, syaikh DR. Ahmad al-haji al-kurdi, syaikh DR khalid al-musyaiqih, syaikh DR khalid al-muslih, syaikh DR anis thohir al-indunisiy dll
 

♪my kawaii (◕‿◕✿) Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez